Sabtu, 29 Maret 2008

MAJALAH E_La2ng, Forumku

Majalah E_LA2NG

PERINTISAN MAJALAH,

Desember 2006 merupakan bulan terakhir di tahun yang penuh moment penting bagi sebagian anak Universal High School of Alternatif Kalibening , terutama menyangkut dunia pendidikan yang semakin bermisteri dan angkuh. Lalu bagaimanakah dengan anak Alternatif yang tertuju pada percetakan kreatifitas dalam setiap otak anak manusia untuk mau berpikir dan menerima segala realita kehidupan. Juga bagaimanakah respond dari wadah Alternatif yang memberikan peluang bagi siapapun yang mau melangkah untuk selalu mengasah otak untuk berpikir dan memikirkan orang lain, terutama yang berlokasi di sekitarnya yang menjadi lingkungannya. Dari situlah muncul inisiatif dari Siti Qona’ah untuk membuat sebuah bentuk lain dari suatu kreatifitas kinerja otak anak Indonesia. Mulai dari pemikiran yang berbeda dari seorang aktifis pendidikan, Drs. Achmad Bahruddin hingga bentuk konsep berbeda di lembaga pendidikan bernama sekolah yang kini ia diterapkan pada anak-anak didiknya yang merupakan angkatan pertama di tahun 2003 yang kini menduduki bangku sekolah tingkat menengah di Sekolah Menengah Univesal yang mereka sebut sebagai Universal High School Qaryah Thayyibah, Kalibening Salatiga. Bertahun-tahun lamanya proses perubahan model pendidikan, muncullah pemikiran berbeda pula dari anak-anak Kalibening yang pada waktu itu berjumlah 12 untuk mencoba berpikir mandiri, dan mulai memikirkan orang-orang di sekitarnya. Tepatnya di lingkungan dimana mereka benar-benar bernapas di setiap detik kehidupan yang mereka lalui setiap hari. Sampailah sekarang usia mereka menginjak remaja dimana ada saja masalah yang dengan senang hati menghampiri perubahan pola pikir mereka. Dan kini dunia mereka bernaung di era globalisasi yang semakin modern ini. Lalu, berubahlah konsep serta model pembelajaran di Universal High School, yakni berusaha untuk menjadi orang baik dan berguna untuk orang lain. Adapun hal yang paling mendasar yang dimaksudkan ialah di luar kebersamaan mereka dalam belajar, mereka akan membuat sebuah proyek yang itu berguna pula untuk orang lain. Bentuk lain dari suatu kreatifitas otak anak manusia itu adalah sebuah majalah yang menampung karya anak bangsa dan hangatnya informasi yang ada. Berangkat dari kerapuhan di bulan Desember yang Qona’ah atau Kana (panggilan akrabnya) tidak tahu harus berbuat apa-apa karena memang belum ada yang bisa dilakukannya. Namun melihat majalah dinding atau MADING istilah mereka tak berisi tempelan kertas berupa karya, dan melihat beberapa karya yang berserakan di lantai, maka muncullah ide baru di otak Kana. Ide tersebut adalah bagaimana ia bisa merubah keadaan yang ia rasa harus dirubah. Kemudian ia mengawali langkah dengan meng-share-kan apa yang menjadi idenya pada salah seorang teman dekatnya, Mariyatul Ulfa yang pada saat itu kebetulan sama rapuhnya dengan Kana di bulan Desember. Setelah beberapa saat mereka berbagi hati dan bertukar pikiran, maka muncullah sebuah perencanaan dari keduanya yang akhirnya melibatkan beberapa teman dan adik kelas mereka untuk melanjutkan rencana itu dalam sebuah rapat musyawarah. Alhasil rapat itu membuahkan sebuah bentuk majalah yang bernama Ilalang, ide dari M. Syaiful Amri, salah seorang teman Kana. Kemudian mereka membuat konsep serta kelanjutannya hingga kini sudah digemari banyak orang, terutama di kalangan remaja hingga ke orang dewasa. Akhirnya di Januari 2007, kerapuhan itu terganti dengan sebuah kebangkitan yang menggugah semangat banyak orang, termasuk bagi Kana dan Ulfa sendiri. Kini banyaknya kegiatan, datang silih berganti menggulir hingga memadatkan jadwal mereka dan sibuklah mereka. Maka, mereka harus benar-benar pintar dan cerdas dalam me-manage waktu mereka. Satu hal yang kini membuat Kana dan Ulfa semakin dekat dan saling mengerti, yakni Karena kebetulan saat ini bidang yang menjadi interest mereka adalah sama-sama di dunia Jurnalistik. Menjadi orang media yang harus selalu menuntut diri mereka untuk bekerja keras dan tahan banting, ternyata membuat mereka semakin berpikir keras untuk melanjutkan dan melaksanakan perencanaan mereka. Apalagi dengan kebersamaan yang terjadi karena saling membutuhkan yang tidak mereka sadari dalam waktu sebentar, itu menjadi makna tersendiri bagi mereka. Alhasil atas bimbingan dan anugerah-Nya, jadilah mereka sebagai creative kids untuk dunia jurnalistik di sebuah media majalah yang menyandang nama Ilalang.

TUJUAN DILAHIRKANNYA E-LA2NG

Ketika Kana melihat keadaan yang tidak sesuai dengan hatinya mengenai sebuah karya yang terlihat kurang mendapat perhatian, maka tumbuhlah suatu ide yang itu cukup membuat orang menganggap “wow”. Itu menjadi suatu tujuan, dimana ia akan menempatkannya dalam Ilalang. Sepertinya minat membaca di Alternatif terancam menurun dan kekreatifan mereka dalam menuangkan gagasan pada sebuah karya, terutama berupa tulisan, perlu digali lebih dalam. Maka jadilah semua itu dalam bentuk sebuah misi dan visi. Misi tersebut tertuang banyak tujuan yang antara lain adalah meningkatkan kreatifitas dan minat baca para anak bangsa, terutama di Alternatif Qaryah Thayyibah, yang paling penting adalah menyebarkan khazanah keilmuan dalam kandungan isi majalah Ilalang tersebut. Adapun visinya adalah mengajak semua orang untuk berusaha menuangkan gagasan, ide, imaginasi dalam bentuk tulisan.

PERJALANAN SELANJUTNYA

Setelah semua perencanaan dimatangkan, akhirnya terbentuklah sebuah rapat yang tidak jauh dari bimbingan seorang pendamping, Mujab Sag. Alhasil semua itu berwujud sebuah majalah yang menyandang nama Ilalang. Kemudian semua itu berlanjut pada pelaksanaan proyek yang melibatkan banyak orang, yakni mulai dari pembentukan, struktur, isi, hingga tubuh majalah. Awalnya mereka bingung untuk kelanjutan pelaksanaan, karena mereka belum menemukan fasilitas yang pas di wadah mereka. Bukan tidak ada, tapi belum pas yang kemudian mereka harus membawa tubuh mereka pada suatu wadah lain yang masih menjadi satu di Alternatif Krandon lor, Suruh. Di sanalah mereka menemukan fasilitas yang cocok untuk mereka. Ketenangan, kenyamanan telah menemani tiap langkah yang mereka tempuh untuk mengerjakan majalah, di sana mereka mulai menemukan karakter pada majalah, terutama untuk nama. Nama Ilalang yang tadinya polos menjadi E-la2ng dengan penjelasan E adalah dibaca I di bahasa inggris dan la dengan angka 2 adalah untuk mempersingkat atau menghemat tulisan dan ng-nya tetap, maka jadilah E-la2ng. Karena nama Ilalang bukan nama yang asing untuk sebuah media tulis menurut pengetahuan mereka setelah meng-access internet, itu juga berkat bantuan sang pendamping. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, mereka merasa fasilitas tersebut harus segera mendapat penggantinya, Karena selain agak jauh, untuk mereka ke sana juga menjadi masalah, yakni karena tidak ada kendaraan dan ketika waktu tidak berpihak pada mereka. Pernah suatu hari terjadi, dimana mereka harus segera meng-edit data yang ada yang nantinya akan di-lay out. Akan tetapi hujan terus saja turun dengan lebatnya, akhirnya kebingungan melanda pikiran mereka. Belum lagi masalah kendaraan yang menjadi kendala mereka. Itu semakin membuat kepala mereka panas di antara semakin banyaknya tetesan air hujan yang menurun membasahi badan bumi. Sebenarnya di Kalibening sudah tersedia fasilitas yang menjadi kebutuhan mereka, akan tetapi tidak semua terpenuhi. Karena selain media elektronik yang mereka butuhkan, juga ketenangan tentunya untuk mereka bekerja.

Sampai sekarang masalah tempat masih menjadi hal yang sering mereka bicarakan. Karena mau tidak mau mereka harus melaksanakan pekerjaan majalah di rumah sang kepala sekolah. Sebenarnya mereka merasa tidak enak jika berada di rumah orang larut malam bahkan sampai pagi. Tapi mau bagaimana lagi. Belum lagi adanya keramaian di antara proses kegiatan majalah. Di satu sisi itu mengganggu orang lain, terutama pemilik rumah, namun di sisi lain itu menjadikan mereka lebih semangat dalam bekerja. Pernah mereka mempunyai rencana untuk menjadikan rumah Amri (salah satu crew E-la2ng) yang berada di barat masjid Al-Mustashfa, sebagai kantor majalah. Akan tetapi itu lebih berresiko, karena yang akan terganggu adalah tetangga. Pada akhirnya mereka tetap bekerja di rumah sang kepala sekolah.

MENUJU PROSES PERCETAKAN

Pada dasarnya percuma, jika sebuah karya hanya disimpan dalam computer. Karena dengan begitu orang tidak akan mengetahui akan adanya sebuah karya yang luar biasa dari sang penulis. Begitu juga dengan majalah e-la2ng ini, sebenarnya sudah sampai pada proses tata letak atau lay out istilahnya, karena itu e-la2ng harus segera menuju
ke percetakan. Namun dengan dana yang masih pas-pasan, bagaimana hal itu akan dilalui?. Untuk itu E-la2ng harus mencari bagaimana caranya. Pada akhirnya mereka memilih untuk menyetak majalah menge-print-nya, sehingga berpuluh-puluh lembar kertas bertumpuk menjadi satu dengan kafer yang beralaskan mika berwarna biru transparan.

Perubahan kembali berpihak pada E-la2ng, hingga percetakan majalah edisi dua menjadi lebih baik daripada edisi pertama, meski masih berupa print out.

BERI RESPON UNTUK MAJALAH SEKOLAH

Rasa gembira sepertinya tak akan begitu saja hilang, ketika majalah pertama atau edisi perdana mereka akhirnya luncur juga. Karena setelah bersusah payah, akhirnya satu exemplar majalah hadir di hadapan mereka. Di edisi pertama mereka mengambil tema seputar desa yang mengangkat bahasan mengenai renovasi Belik Luwing, Tanah Bengkok dan berita-berita yang mengandung kajian pengetahuan beserta opini. Tentunya tema yang akan diangkat majalah per-edisi berbeda, begitu juga dengan majalah E-la2ng. E-la2ng pada edisi ke-dua mengangkat tema mengenai kontroversi seputar UAN yang sampai ini masih tak kunjung selesai ketika dibicarakan, termasuk pembahasan perihal penting tidaknya UAN, sedikit menyinggung soal Ijasah beserta opini-nya.

Melihat keadaan antara edisi pertama dan kedua, mereka menangkap ada banyak perbedaan. Terutama mengenai tata letak, dan editing. Perbedaan itu sangatlah jauh menurut mereka. Pada edisi pertama mereka mengakui banyak yang tidak match dengan datanya. Editingnya masih rancu dan tata letaknya juga masih memusingkan.

Namun melihat kondisi majalah E-la2ng pada edisi ke-dua, sepertinya perubahannya melejit tinggi menurut mereka. Selain tema yang diangkat berhasil menggugah minat baca banyak orang, tata letaknya juga berhasil mempermudah para pembaca setianya untuk menikmati hangatnya berita yang telah disajikan.

Ketika kita sudah menemukan tujuan kita, maka kita akan lurus untuk melaluinya bukan, begitu juga mereka. Kini, pelan-pelan mereka mulai menemukan sebuah petunjuk untuk bagaimana nantinya majalah E-la2ng akan melakoni perjalanan panjangnya. Dan biarkan semua itu mengalir bagai air untuk terus menembus mencari perubahan lebih baik dan berkarakter.

PENDAMPING BERBICARA…

Majalah E-la2ng merupakan majalah pertama di komunitas pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening. Selain menjadi hal baru bagi forum jurnalis, ini juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka. Sebenarnya sebelumnya sudah berkali-kali mereka ingin membuat sebuah media yang lain di sekolah, namun hal itu selalu saja menjadi omongan. Dan baru E-la2ng inilah, kini Alternatif Qaryah Thayyibah mempunyai media berbentuk majalah. Lalu bagaimanakah dengan tanggapan para pendamping?.

Majalah E-la2ng menurut saya… bagus, dan kerjasama antar tim begitu kreatif. Komentar Abdul Mutholib, salah satu pendamping yang akrab dipanggil dengan sebutan “Bang Tholib”. Tanggapan dari pendamping yang benar-benar meluangkan waktu setiap kali E-la2ng membutuhkan orang yang sudah berpengalaman di bidang Komputer.

Ketika saya mengetahui ada majalah E-la2ng, bagus. Secara global ketika anak-anak mempunyai ide, langsung diapresiasikan” Tanggapan dari sang kepala sekolah yang akrab dipanggil dengan “Pak Din”. Sepatah kata itulah yang selama ini menjadi dukungan yang sebenarnya di komunitas Alternatif Qaryah Thayyibah. Pada dasarnya Komunitas AlQaYa memberikan kesempatan dan peluang bagi mereka yang mau memanfaatkan. AlQaYa memberika fasilitas pula untuk mereka yang berkreasi, meskipun anak-anak didik Bahruddin, (sang kepala sekolah sekaligus wali murid dari Rasih Mustaghis Hilmiy yang juga merupakan salah satu crew E-la2ng). belajar dengan keterbatasan atau apa adanya.

Untuk usia SMP dan SMU seperti kalian, membuat sebagian karya menjadi sebuah majalah seperti ini sudah sesuatu yang luar biasa menurut saya. Respon dari Achmad Darojat Jumadil Kubro, yang sering dipanggil dengan sebutan “Pak Achmad”, pendamping kelas Creative Kids (anak didik angkatan pertama) yang mengikuti proses komunitas AlQaYa sejak awal berdiri. (LF/CaN)

ANGGOTA REDAKSI:

1. Pak Mujab Selaku Penanggung Jawab

2. Siti Qona'ah Selaku Pimpinan Umum dan Pimpinan Redaksi

3. Syaiful Amri Selaku Redaktur Pelaksana

4. Achmad Mawahib Selaku Sekretaris Menejemen

5. Mariyatul Ulfa Selaku Sekretaris Redaksi

6. Syaiful Hidayat Selaku Layouter

7. Nizar Fahmi Selaku Layouter

8. Ichwan Zaid Selaku Tim Kreatif

9. Rasih Mustaghis Hilmiy Selaku Editor

10. Aini Zulfah Selaku Editor

11. Fina Af'idatussofa Selaku Reporter

12. Ati Sa'idatul Ula Selaku Reporter

13. M. Roghifudin Nugroho Selaku Reporter

14. Devi Puspa Amanati Selaku Reporter

15. Nia Fawzia Selaku Pengumpul Karya

16. Feni Amaliatussulcha Selaku Promotor

17. Emi Masnila Zubaiti Selaku Kontributor

18. As'adurrahman Selaku Pencetak


Terima Kasih Juga Teruntuk Teman-Teman Yang Pernah Bergabung Didalam Forum Majalah:

1. Rasikh Fuadi Selaku Layouter (Bandung)

2. M. Nafakhatus Sakhari Selaku Layouter (Pondok Ngunut)

3. Yunita Bayu Kusuma Selaku Bendahara (Cilacap)

4. Na'imullah Aziz Selaku Kontributor (Cilacap)

5. Taufiq Hidayat Selaku Reporter (Aceh)

6. Achmad Rosyidi Ainul Yaqin Selaku Reporter (Demak)

Terima Kasih Banyak Kawan-Kawanku...

SEMANGAT...!!!