Sabtu, 22 Maret 2008

SINETRON, Opini


SINETRON ADALAH RACUN dan PESTA PEMBODOHAN

GENERASI MUDA!!!

Oleh: Siti Qona’ah


Siapa yang tak kenal SINETRON? Orang Indonesia, bahkan yang tak punya televisi sekalipun pasti tahu apa itu Sinetron meskipun mugkin hanya bisa menjabarkannya dalam bentuk judul-judulnya saja. Sinetron (Sinema Elektronik) mulai berkembang pesat seiring munculnya stasiun-stasiun televisi (TV) swasta di-era tahun 90-an.

Menjamurnya PH (Production House) semakin mendorong lajunya dunia per-sinetron-an Indonesia. Berbagai cerita disuguhkan, dari kisah kehidupan sehari-hari, kisah cinta anak ABG, legenda, komedi, sampai ke dunia mistis dan religi. Stasiun Televisi Nasional (TVRI) sendiri sebelum berdirinya stasiun-stasiun TV swasta sudah menyiarkan beberapa tayangan jenis ini, akan tetapi pada masa itu tingkat produksi dan popularitasnya tidak se-heboh tahun-tahun belakangan. Hal ini dapat dimaklumi. Mengingat saat itu TVRI masih menjadi satu-satunya stasiun TV di Indonesia dan perfilman Indonesia masih mampu mengundang minat orang untuk bersilaturahmi ke bioskop.

Pada masa itu dapat disebutkan beberapa judul sinetron seperti Jendela Rumah Kita, Dokter Sartika, Dll. Dapat diingat bagaimana tingkat orisinalitas dan dan kultur budaya Indonesia yang melekat dan tercermin dalam setiap Scene dalam tayangan per-episode. Bahkan tayangan se-simpel Losmen yang menampilkan Alm. Mang Udel dapat memberi kesan tersendiri tanpa harus menyodorkan latar yang macam-macam dan scenery khusus.

Kisah-kisah cerita dari novel seperti Siti Nurbaya dan Sengsara Membawa Nikmat juga dapat ditampilkan secara sederhana dan bagaimana adanya. Tak perlu banyak improvisasi, tapi toh semuanya dapat diterima dan disambut baik oleh para penontonnya.

Perbedaan yang sangat drastis justru terlihat pada masa kejayaan sinetron itu sendiri, yang ditunjukkan dengan berhasilnya sinetron menggeser popularitas sinema India dan telenovela. Lihat saja tahun 2007 dan tahun-tahun sebelumnya. Puluhan sinetron masuk silih berganti menghiasi jadwal acara, hampir semua stasiun TV di Indonesia. Berapa judul atau siapa pemeran dari sinetron itu sendiri bukan merupakan masalah yang begitu berarti. Sisi moral, edukasi, mutu dan originalitas-lah yang selalu menambah poin negatif dari per-sinetron-an Indonesia.

Dari sisi moral, beberapa sinetron Indonesia, terutama yang menyuguhkan kisah cinta dan harta memberikan dampak buruk bagi perkembangan jiwa dan gaya hidup mereka-mereka yang menontonnya. Siapa yang berani menjamin bahwa tingkah polah pacaran anak SMP yang ditampilkan di sinetron tidak akan ditiru oleh anak-anak seusianya?.

Masih adakah tata karma cara berbicara dengan orang yang lebih tua (bahkan dengan orang tua sendiri?!). Apabila anak-anak dibiarkan menonton acara yang menunjukkan adegan seorang anak membentak orang tuanya cuma karena tidak diberi uang, Atau bahkan dalam sebuah adegan sinetron pernah ada seorang anak kecil masih SD menyebut kedua orang tuanya dengan “KALIAN…!!!”.

Jika dilihat-lihat lagi, tak satupun sinetron sekarang yang dapat diberi predikat mendidik kecuali “KELUARGA CEMARA” yang sekarang sudah tidak ditayangkan dan “KIAMAT SUDAH DEKAT”. Lainnya cuma berkutat dengan cinta, harta, ilmu ghaib, religi yang menyesatkan, mimpi dan angan-angan.

Saya sendiri pernah mendengar bahkan menyaksikannya sendiri Orang Jepang berkata “INDONESIA ITU KATANYA MISKIN…!!!, TAPI ITU DI TV KOK REMAJANYA PADA NAIK MOBIL SEDAN?”. Kata-katanya itu sempat membuat saya berfikir “IYA JUGA YA? KALAU DIPIKIR-PIKIR, JUMLAH MOBIL DI INDONESIA JUSTRU LEBIH BANYAJ JIKA DIBANDINGKAN DENGAN JEPANG YANG BIKIN MOBIL…”. Wah, Jepang udah bikin dan jualan mobil tuh?, Indonesia bagaimana???.

Kualitas atau mutu bukan prioritas utama dari pembuatan sinetron. “RATING COMES FIRST”, tak jarang sinetron-sinetron kejar tayang mengabaikan kualitas dari tiap Scene yang dibuat. Terkadang, hal-hal kecil seperti, apa masuk akal seorang anak kecil pengemis memakai kaos distro yang walaupun sengaja dikotori entah dengan oli ataupun itu. Pastinya tetap akan membuat yang menonton bertanya-tanya.

Terakhir, jika dilihat dari sisi orisinil atau tidaknya sebuah sinetron sepertinya harus lebih ditujukan pada orang-orang yang banyak menonton drama-drama asing terutama dari Korea atau Jepang. Ada banyak sinetron yang meniru jalan cerita dari beberapa drama-drama asia. Yang paling sangat disesalkan adalah jiplakan dari One Liters of Tears dari Jepang yang di Indonesia-nya menjadi Buku Harian Nayla. Betapa tidak, kisah nyatanya yang menceritakan ketegaran seorang gadis bernama Aya dalam menghadapi penyakitnya ditiru habis-habisan terlebih lagi tanpa mencantumkan judul asli pada Credit Title-nya. Betapa memalukan kalau semua itu dilakukan hanya untuk mencari untung semata. Perlu diketahui bahwa di Jepang sendiri tayangan yang isinya diambil dari buku harian itu dibuat atas izin dari keluarga Aya.


JURNALISTIK, Tips


MO JADI JURNALIS SEJATI...???

Oleh: Siti Qona'ah

Belajar meliput dan menulis berita sama dengan belajar berenang; Anda hanya bisa jika punya keberanian masuk ke air dan mulai berenang. Menjadi jurnalis pun begitu. Kemahiran Anda meliput dan seberapa cemerlang tulisan Anda tergantung pada pengalaman dan kesungguhan Anda belajar. Selama Anda menghargai proses belajar menjadi jurnalis, selama itu pula pintu kesuksesan terbuka untuk Anda. Prinsip-prinsip berikut bakal membantu Anda mengawali karir di dunia jurnalistik jika Anda setuju, cetaklah dan tempelkan di dinding kamar Anda.

Tak ada yang menodongkan pistol ke kepala dan memaksa Anda menjadi jurnalis. Anda datang atas kemauan sendiri, karena Anda mencintai dunia tulis-menulis, mampu mengendus berita dan punya ikatan pada orang kebanyakan. Asah lah kerajinan menulis Anda, ketajaman akan berita dan kepekaan terhadap orang-orang di jalanan. Asah lah selalu dan terus-menerus. Menggerutu boleh, asal jangan terlampau banyak.

Pikirkan selalu pembaca, pirsawan dan pendengar Anda. Katakan pada mereka sesuatu yang baru, setiap hari. Itulah yang membuat mereka rela mengeluarkan Rp 1.000 atau Rp 2.000 dari kocek untuk selembar koran. Cari tahu siapa mereka dan menulislah untuk bisa mereka baca. Jika Anda bisa bilang “go to hell” ke mereka, Anda sendiri lah yang pertama-tama akan masuk ke neraka. Lalu, koran atau majalah, televisi atau radio Anda.

Membacalah setiap hari, tiga atau empat buku setiap kali dan semua jenis majalah. Bacalah sebanyak mungkin untuk menjadi penulis terbaik. Bacalah Shakespeare dan karya-karya sastra lain seperti Anda membaca Al-Quran atau Bible sepanjang hayat. Bacalah karya sastra klasik untuk mengetahui bagaimana pikiran-pikiran besar masa silam mengekspresikan dirinya sendiri.

Suapi otak setiap hari, seperti Anda menyuapi perut. Petinju hebat tak bisa mengandalkan daging yang dimakannya 10 tahun lewat. Wartawan tak bisa menulis baik dengan pikiran 10 tahun silam. Jagalah agar otak tetap terbuka terhadap gagasan dan pikiran baru.

Jangan arogan dan bersikap menghakimi orang lain. Mereka yang tak setuju dengan Anda tidak selalu berarti tolol atau gila.

Jauhkan diri dari memuja stereotipe. Sebab: hidup di desa belum tentu damai; birokrat belum tentu korup; haji dan pendeta belum tentu alim; dan anak yang membunuh ibunya belum tentu durhaka. Gali lah fakta hingga ke dasar-dasarnya.

Jangan terpukau pada omongan pejabat, para pakar, tentara, dan polisi. Kutip mereka sedikit mungkin. Gali cerita dari lapangan. Berbicaralah dengan orang-orang di jalanan, di tempat peristiwa.

Awalnya teman seide.

Yang kita perlukan untuk membuat satu media sekolah adalah: tentu saja tim redaksi.

Tim redaksi yang kita pilih adalah dari teman-teman yang memiliki satu ide dengan kami.

CINTA, Opini


MANUSIA HIDUP DENGAN CINTA
Oleh: Siti Qona'ah

Tak ada tema yang abadi untuk dibahas selain masalah cinta. Tengok saja, mulai dari lagu, puisi, prosa, sampai film didominasi masalah cinta. Wajar, karena cinta adalah perasaan yang universal. Di mana-mana, diseluruh dunia, orang membutuhkan dan menginginkan cinta. Cinta ada pada orang tua yang cinta pada anak-anak mereka, anak-anak yang cinta pada orang tua mereka, adik dan kakak yang saling menyayangi. Dan, ehm… tentu saja cinta dirasakan oleh sepasang cewek dan cowok.

Cinta sendiri adalah karunia Allah kepada semua makhluk-Nya. Cinta itu universal dan tidak mengenal batasan. Tidak mengenal usisa dan zaman. Apalagi kalau yang dibidik adalah cintanya kalangan usia remaja. Ehm… pasti akan terdengar dan terlihat kontroversial. Namun pada masa sekarang, ironisnya, di kalangan remaja, makna cinta diterjemahkan kebablasan alias hanya mengumbar hawa nafsu semata. Makna cinta pun telah kehilangan arti sejatinya. Bagi remaja sekarang berkhalwat atau berdua-duaan dengan lawan jenis adalah hal biasa. Mereka tidak tahu bahwa pihak ketiga adalah setan. Setan yang akan menjerumuskan dua insan ini ke lembah maksiat, yaitu zina.

Untuk remaja seperti kita, masalah cinta itu ibarat nasi, makanan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan cinta itu seringkali diwujudkan dalam bentuk punya pacar. Maka SCTV punya tayangan gress untuk anak-anak muda. Yups, Lemon Tea ada first love alias cinta pertama, ada cinlok alias cinta lokasi, mak comblang, kontak jodoh, ada juga “CLBK” dengan kata lain: cinta lama bersemi kembali. Semua itu isinya ya mencocok-cocokkan anak-anak muda dengan lawan jenis mereka.

Cinta juga bukan sekedar feeling, tapi bisa membuat orang berubah. Orang yang merasakan cinta bisa mengubah dirinya demi orang yang dicintai. Yang buruk bisa menjadi baik, yang urakan bisa menjadi rapi jail, dan yang pendiam bisa menjadi periang. Cinta juga membuat orang menjadi kreatif. Buktinya banyak karya dihasilkan karena terinspirasi oleh cinta. Contohnya: Mbak Fina dengan Novel “Bukan Cinta Biasa” nya. Dan juga Mas Na’emz dengan lagu “Mencari Cinta Sejati” nya. Dan masih buannyak lagi. Bener kan?!

Sayangnya, cinta sering ternoda justru oleh mereka yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta malah menjadi ajang pelampiasan hawa nafsu. Cinta nggak lagi menjadi sesuatu yang suci dan indah. Tapi sudah diubah menjadi kubangan lumpur maksiat. Padahal seharusnya anugerah cinta itu kan di hargai dengan menjaga dan merawatnya. Tantu saja cinta harus dirawat dan dijaga dengan aturan-aturan Allah. Sebabnya jelas banget, Dia yang menciptakan cinta dan sekaligus menumbuhkan cinta, pastinya dia juga yang aturan-Nya layak untuk diikuti. Nggak ada yang lain!!!

Terbukti, cinta yang tak kenal aturan bukan menjadi anugerah, tapi malah menjadi musibah. Nggak jarang orang mengukur cinta dari kedalaman kantong, dari penampilan fisik, bahkan nggak lagi memandang agama. Selain itu merebak juga kehidupan sex before marriage, gonta ganti pasangan, yang semuanya bikin hidup jadi makin nelangsa. Banyak remaja yang menafsirkan cinta itu adalah seks. Hi… syerem!!! Gara-gara pemahaman yang keblinger itu cinta jadi ternoda. Jangan sampai dech…!!!!

So, nggak salah kalo untuk urusan cinta kita juga harus tunduk pada apa kata Allah!!! Soalnya, kalau kita bercinta dengan mengikuti aturan Allah, maka bukan saja kita merasa bahagia, tapi juga berpahala. So GREAT!!!!

Now, aku mo tanya ke kalian semua nich…

Bagaimana kalo hidup kita itu tanpa cinta? GARING!! So pasti!!! Yups, jawaban yang tepat. Orang akan jadi mudah tersinggung, kejam, dan nggak ada empati dan perhatian pada orang lain. Nggak ada harmonisasi dalam hidup ini. Masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri.

Kita juga nggak akan kenal kosa kata “cakep”, “ganteng”, “cantik”, “charming”, dan seabrek perbendaharaan kata indah lainnya. Para penyair pun pasti akan kehilangan kehebatan mereka.

Jangan juga mikir absennya cinta cuma akan mematikan pasangan manusia. Hampanya cinta juga akan memusnahkan kehidupan sebuah keluarga. Ya nggak!!!

Now, kita akan membahas masalah cinta fisik!!!

Kamu tertarik sama lawan jenis Cuma karena fisiknya? Misal karena dia cantik, tinggi, putih, mancung, dan ada lesung pipinya. Atau para cewek suka sama cowok yang putih, tinggi, mancung, dan body se-keren EGI JOHN FOREISYTHE ma MARCELL DARWIN. Nah, itu sebagian tanda cinta sebatas fisik. Boleh-boleh aja nyari pasangan hidup yang fisiknya OK, yang nggak malu-maluin diajak ke pesta. Tapi cinta kayak ini nggak bakal tahan lama. Ibarat komputer, model cinta yang kayak gini bakal segera ke laut begitu ngeliat ada makhluk lain yang “prossesor”-nya lebih canggih. Tul nggak?!?

Now, beralih ke: CINTA dan KESETIAAN

Ada pepatah yang mengatakan:

-True love never grows old

-Old love does not rust

Cinta sejati tidak akan pernah tua

Cinta lama tidak akan berkarat

Cinta sejati adalah cinta karena Ilahi. Tulus ikhlas, tanpa pamrih, dan tak lekang dimakan zaman dan di tempa cuaca. Cinta sejati juga tahan uji, tetap akan terkenang meski jasad tercerai dari rohnya.

Banyak kisah-kisah mengharukan dari pasangan yang saling mencintai untuk kita renungi, bahwa cinta itu meminta pengorbanan, kesetiaan, dan kesabaran. Jangan mengaku cinta dan mengungkapkan cinta kalau nggak mau berkorban!!!! OK’s

Kalau tadi kita membahas soal cinta dan kesetiaan, Now, kita akan membahas tentang “CINTA dan PERSAHABATAN”

Suka main bareng? Suka curhat? Harap hati-hati!!! Persahabatan antar lawan jenis bisa berpotensi untuk menumbuhkan benih-benih cinta. Kamu sering nonton kisahnya MARCELL DARWIN di sinetron “Alisha” kan? Nah, hampir kayak gitu maksudnya. Hehehe… korban sinetron dikit nggak pa-pa kan???

Persahabatan antar lawan jenis bisa berbuah cinta. Maklumlah, seperti pepatah jawa menyebutkan, witing tresno jalaran soko kulino, maksudnya adalah: munculnya rasa cinta, disebabkan karena seringnya bersama. Awal membina hubungan boleh jadi nggak ada apa-apa. Bahkan “getaran” kecil sekalipun nggak terasa. Tapi, yakin dech bahwa cewek dan cowok ditakdirkan untuk saling tertarik. Kira-kira betul nggak, Mbak Emi?? Hehehe… sory buka kedog. Boleh jadi, yang pertama kali muncul itu cuma empati. Empati dengan keadaan teman lawan jenisnya itu. Lama-lama, empati itu bisa bermetamorfosis jadi simpati, lalu suka dan akhirnya CINTA. Nggak jarang memang kejadiannya begitu. Toh, bukankah rasa cinta itu nggak selalu mesti muncul di awal perjumpaan dan hubungan???? Adakalanya dia akan muncul setelah lama kita mengenal. Setelah jauh kita melangkah. Nah, bagi teman yang suka curhat dengan lawan jenisnya, bukan mustahil ini akan menumbuhkan BBC alias (benih-benih cinta). Siapa tahu kan?????????

Nggak mau dapet masalah?????? Makanya JANGAN SEKALI-KALI BERMAIN API!!!!!!!!!!!!!!!!

Jika nyalanya masih kecil, api sich masih bisa bersahabat. Tapi kalau sudah membesar, jangan harap deh. Lidahnya akan menjilat apa saja yang ada di hadapnnya. Lidah api, tentu menghasilkan sebuah kerusakan. Dia akan membakar dan mengabukan bahan-bahan yang berani “malawannya”.

So, jangan anggap remeh api. Biarpun kecil, dia akan berpotensi jadi besar. Nah, menjadikan lawan jenis sebagai teman, sahabat ato bahkan sodara (maksudnya, mainan gitu loch), harus hati-hati!!! Jaga jarak aman. Bener lho… deketan terus sama lawan jenis bisa timbul macem-macem lho. So, hati-hati adalah sikap bijak. Sebenere, bersahabat dengan lawan jenis sebetulnya nggak masalah, kalo kamu tau aturan mainnya. Nah, di sinilah yang kayaknya rada sulit bagi sebagian besar teman remaja untuk taat pada aturan.

BERTEMAN YES, PACARAN NO!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ah yang bener?????

Berteman memang bukan berarti berpacaran. Kita boleh kok, bergaul dengan lawan jenis, dalam pengertian benar-benar berteman. Kalau nggak boleh, gimana bisa kerja sama dalam mengelola kegiatan, forum bersama ato bahkan proyek bersama? Nah, kayak kita saat ini. Tul nggak???

Saat ini, banyak remaja yang menganggap pacaran itu hanya untuk HAVING FUN aja. Ops……!!!

Walah-walah, ini juga asal-asalan. Tapi inilah kenyataan yang kudu kita hadapi. Banyak teman remaja yang mengaku bahwa alasan melakukan pacaran sekedar having fun aja, sekedar bersenang-senang. Nggak punya alasan lain. Barangkali, teman remaja yang begitu menganggap bahwa pacaran sekedar hiburan di masa sulit dan stress, itu karena si dia-nya lagi menghadapi persoalan hidup. Semisal, teman-teman remaja yang nggak mendapatkan kasih sayang dirumah. Pokoknya, do’i-do’i yang kurang perhatian……… hehehe……

Yang terakhir nich, PACAR SEBAGAI MOTIVATOR……… emang bener ya????

Duh, memangnya pacaran sejenis suplemen apa. Pake’ menambah semangat segala? Tapi itulah yang sering terjadi. Emang alasan yang asal-asalan. Namun inilah juga yang banyak diakui remaja. Ada yang mendadak menjadi rajin belajar. Wah pokoknya tuh, rasanya muncul semangat untuk belajar. By the way, bener nggak sih???????????

Seperti yang udah aku katakan diatas tadi………

Pacaran boleh, tapi nggak ada salahnya juga kan kalo untuk urusan cinta kita juga harus tunduk pada apa kata Allah!!! Soalnya, kalau kita bercinta dengan mengikuti aturan Allah, maka bukan saja kita merasa bahagia, tapi juga berpahala. So GREAT!!!!

UAN, Karya Tulis

Haruskah UN Dihapus?

Naylul Izza, Fina Af'idatussofa, dan Siti Qona’ah

Bagaimana jika semua rekan di kelasmu tidak ada yang bersedia mengikuti ujian nasional alias UN, sedangkan kamu penasaran untuk ikut? Bagaimana bila untuk menjalani UN belum ada persiapan jauh hari sebelumnya? Dan, bagaimana jugakah jika di sekolahmu tidak pernah diadakan pra-UN atau berbagai persiapan UN?

Itulah kiranya yang kami rasakan ketika menjalani sebuah proses yang memakan waktu panjang untuk mengikuti UN, tidak seperti layaknya teman-teman di sekolah lain yang sebelumnya telah bersiap-siap menghadapi UN. Boro-boro kami sempat siap-siap, keputusan mengikuti UN saja sehari sebelum menghadapi rangkaian ujian menjelang UN, seperti ujian praktik, ujian akhir sekolah, dan kemudian UN. Sementara sekolah kami, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, membebaskan kami untuk menentukan sendiri ikut atau tidak kegiatan UN.

Begitu banyak cerita yang harus kami lalui menjelang UN. Kami harus ke sana kemari untuk mencari buku-buku yang sesuai dengan kurikulum dan berusaha keras mempelajarinya di rumah. Tentu saja dengan sistem kebut-kebutan, tapi tetap dibuat santai sehingga semua pelajaran bisa dicerna. Kami berusaha memahami semua materi yang ada di buku dengan belajar di rumah karena tidak ada les atau persiapan apa pun di sekolah. Dari situ, kami merasa menjadi pelajar yang betul-betul mandiri.

Kami masih merasa menjadi bagian dari SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, jadi kami sengaja tidak memutuskan kegiatan belajar yang ada di kelas. Jadi, biarpun kami mengikuti UN, kegiatan di kelas juga harus tetap berlangsung seperti biasa. Teman-teman kami yang lain, yang memilih tidak mengikuti UN, masih getol menyelesaikan segudang proyek.

Selain mencari buku-buku, kami juga sibuk mencari sendiri guru yang berkenan membimbing kami dalam belajar, terutama Matematika dan Bahasa Indonesia. Sampai kami lupa akan adanya UN Bahasa Inggris. Pematangan dalam persiapan UN Bahasa Inggris hanya berlangsung satu jam sebelum mengerjakan soal UN.

Tujuan kami mengikuti UN bukan sekadar untuk memperoleh ijazah, tapi untuk antisipasi. Siapa tahu nantinya hati kami terketuk untuk melanjutkan perjuangan ke sekolah lain. Namun, belum pernah tebersit di benak kami untuk meninggalkan Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah. Karena saat ini sekolah itulah yang kami rasa cocok untuk pengembangan diri kami lebih lanjut.

Selain untuk antisipasi, kami juga ingin merasakan detik-detik menjelang UN. Tapi yang terpenting bagi kami adalah mengetahui seperti apa substansi UN, mengetahui sejauh mana manfaat UN bagi bangsa Indonesia, dan memulai sebuah penelitian.

Pada Senin 22 Mei 2006, kami mulai mengikuti UN. UN tidak kami anggap sebagai beban. Kami tidak lagi memikirkan lulus atau tidak. Untuk urusan lulus atau tidak adalah urusan belakang. Yang kami tekankan saat itu, kami tidak menjadikan hasil UN sebagai tanggungan hidup kami. Yang terpenting bagi kami adalah berproses untuk memberikan yang terbaik, bukan mencari nilai akademis yang meloloskan kami dari standar nilai yang selalu disiasati oleh birokrasi pendidikan.

Seusai UN kami memperoleh nilai yang wajar. Tidak terlalu buruk, juga tidak terlalu baik. Namun, dari proses melalui ujian tersebut, banyak hal yang telah kami rasakan dan kami dapatkan. Kami mulai mengambil hikmah dari semua kejadian yang ada ketika menjalankan proses yang begitu panjang. Mulai dari cerita duka sampai cerita yang membuahkan bahagia.

Banyak pengalaman yang kami dapatkan. Kami mulai belajar untuk menjadi orang yang tidak patah semangat, kami juga banyak belajar dari beberapa siswa yang ada di sana. Mengenai besarnya keprihatinan mereka dalam menjalankan episode kehidupan yang pasang-surut. Dan, masih banyak lagi hikmah yang kami petik dalam berproses.

Selain itu, kami juga melihat kenyataan bahwa kejujuran akan membuahkan hasil yang indah. Sementara pembohongan terhadap diri sendiri, seperti nyontek atau semacamnya, malah membuahkan sesuatu yang sangat tidak memuaskan. Sampai akhirnya kami sadar akan UN yang begitu menyedihkan. Banyak hal yang membuat kami kecewa dengan adanya UN.

Banyak pelajar di Indonesia yang tak bisa meneruskan belajar ke jenjang yang lebih tinggi hanya dikarenakan tidak lulusnya dalam pemecahan soal-soal UN. Soal-soal yang dibuat sepihak tersebut ternyata begitu mampu membuat para pelajar menghalalkan segala cara untuk memperoleh kelulusan. Mencontek seakan melatih siswa untuk mendapatkan sesuatu tanpa berusaha. Kami berharap, jangan sampai perbuatan culas seperti itu menjadi cerminan untuk bangsa Indonesia.

Sebenarnya, UN hanya akan membatasi pelajar dalam mengembangkan keintelektualan dalam suatu bidang tertentu. Selama ini yang dijadikan bahan UN hanyalah Bahasa Indonesia, Matematika, serta Bahasa Inggris. UN juga hanya akan membatasi keinginan yang ada pada diri pelajar. Pelajar menjadi tidak kreatif. Pelajar akan sulit untuk menentukan kebutuhan yang ada pada dirinya.

Mengukur keberuntungan,

Banyak juga pelajar yang menjadi tidak bersemangat hanya karena tidak lulus UN. Padahal, UN bukanlah satu-satunya jalan untuk mengukur kemampuan. Sangat tidak manusiawi jika UN-lah yang akan mengakhiri sebuah proses belajar. Mungkin, UN akan terus menjadi momok bagi pelajar. Pelajar merasa butuh untuk belajar hanya karena adanya UN atau tes-tes tertulis yang lain.

Bisa dibilang UN bukanlah untuk mengukur kemampuan pelajar, melainkan untuk mengukur keberuntungan pelajar dalam mencoret lembaran soal. Selain itu, sangat tidak rasional juga ketika proses mengukur kemampuan hanya berlangsung dua jam dengan ketegangan yang tidak bisa dihindari oleh pelajar. Dan, saat itu juga, semua pelajar di seluruh penjuru negeri sedang diuji dengan materi yang sama. Padahal, kemampuan pelajar pasti berbeda-beda.

Banyak pelajar Indonesia yang sebenarnya keberatan terhadap UN. Banyak juga pakar pendidikan di Indonesia yang mendukung penghapusan UN. Lantas, Mengapa UN masih dipertahankan? Ada apa di balik adanya UN?

Untuk mengukur kemampuan siswa tidak perlu menggunakan soal-soal yang sebenarnya tidak cukup untuk menilai seluruh kemampuan yang dimiliki siswa selama tiga tahun.

Bayangkan! Jika ada siswa yang memiliki nilai Bahasa Indonesia 9, Matematika 10, sementara nilai Bahasa Inggrisnya di bawah standar kelulusan, berarti siswa itu tidak lulus bukan? Haruskah ia mengulangi belajar selama setahun lagi dengan materi-materi yang membosankan? Dengan suasana yang menjenuhkan? Bukankan lebih baik ia mempertajam kemampuannya daripada harus mengulang lagi hanya untuk mencari nilai Bahasa Inggris.

Jangan sekalipun kita menganggap bahwa dia yang tidak lulus adalah siswa yang bodoh. Nilai yang ada pada pelajar bukan sebatas nilai pada UN. Perlu kita renungkan sekali lagi, UN telah membuat banyak siswa merasa tertekan, depresi, bahkan banyak yang gila karenanya. Tidakkah kita khawatir jikalau UN malah akan memengaruhi kecemasan psikologis anak?

Betapa sedihnya kami ketika melihat beberapa siswa yang menangis histeris lantaran tidak lulus. Bahkan ada yang sampai terkulai pingsan di pangkuan temannya. Seperti ada rasa tersisih yang menyeruak di hati mereka. Kami mencoba untuk bersikap wajar dan menetralkan kesedihan kami. Benarkah semua itu han sesuatu yang wajar?

Teruntuk birokrasi pendidikan yang budiman, lancangkah jika pelajar menyuarakan isi hatinya tentang pendidikan? Bukan maksud kami untuk mengadili, kami hanya menginginkan keadilan. Kami hanya ingin mencoba untuk menjadi pelajar yang asertif dan tidak pasif.

Kalau memang Depdiknas berkenan, hendaknya ujian akhir sebuah sekolah diganti dengan sesuatu yang lebih rasional, logis, dan riil. Bukan sekadar fiktif belaka yang menjelma dalam tiap untaian soal.

Pandangan kami tentang UN ini merupakan bingkisan untuk birokrasi pendidikan yang semoga bisa menjadikan sebuah pendidikan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Harapan kami, ke depan, sekolah maupun lembaga pendidikan di Indonesia memiliki hak untuk menentukan langkah sendiri. Tentunya dengan dukungan dan partisipasi dari pemerintah. Perlu diingat bahwa setiap sekolah memiliki sumber daya yang berbeda. Jadi, untuk ujian kelulusan pun tidak perlu diseragamkan.

Dengan perasaan pesimistis, kami hanya bisa mengajukan usulan, ini kesempatan bagi lembaga-lembaga pendidikan— khususnya SMA dan perguruan tinggi—untuk mencari siswa yang berprestasi. Apabila ijazah masih dibutuhkan oleh sekolah, siswa diberi kesempatan untuk mengikuti UN atau ujian setara untuk tahun depan. Dengan demikian, tidak perlu ada siswa yang harus berhenti belajar hanya karena tidak punya ijazah./(ZaFiKa)

KOMUNITAS BELAJAR, Proyek

“CLC”

-Creative Learning Community-

(Na’im, Amri, Ichwan, Hanif, Hilmiy, Kana, dan Emi)

Pendahuluan,

Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai macam krisis. Mulai dari krisis ekonomi sampai krisis pendidikan. Bahkan secara tidak langsung, Indonesia sampai sekarang masih diampu atau dijajah oleh Bangsa lain secara politik, maupun ekonomi, juga bahkan tak ketinggalan pendidikan. Terimakah anda di berlakukan seperti itu?. Satu contoh kecil misalnya, dulunya banyak orang-orang yang belajar di Negeri kita, tapi kenapa sekarang justru kita yang terampu oleh mereka. Mereka bisa menciptakan barang-barang canggih?. Sementara Indonesia? Hanya mengkonsumsi produk-produk impor, ini karena Indonesia sudah di masukkan ke dalam suatu wadah dimana Indonesia akan sulit untuk berkembang, terutama di bidang ekonomi . Tidak salah kalau saat ini Indonesia 'dijajah' oleh produk-produk buatan luar negeri. Sekarang, pertanyaannya adalah “kapan Indonesia mau merubuhkan wadah yang selama ini mengekang Indonesia?”. Orang-orang Indonesia hanya mau berpikir How to use bukannya How to fight back!. Itu semua kebanyakan karena pendidikan Indonesia yang kurang, yaa mungkin kita bisa dibilang terlalu sombong dan kita tledor. Kita tahu sendiri, bahwa Pendidikan adalah modal bangsa di masa mendatang. Nah, kalau pendidikan kita saja masih ancur gimana kita mau fight back?.

Dulu, sekitar tahun 1986 sampai 1991, Banyak pelajar dari negara tetangga seperti Malaysia yang belajar di universitas-universitas di Indonesia. Namun ternyata, 10-13 tahun kemudian, malah pelajar Indonesia yang 'menyebrang' ke Malaysia, Singapura, dan negara-negara lain untuk belajar. Sebuah penurunan prestasi yang sangat drastis. Mengapa bisa sampai begitu?. Ya, karena sistem pendidikan kita yang bisa dibilang kacau.

Selain 'tragedi' itu, masih banyak 'tragedi' pendidikan yang lain. Sudah dijajah, e... masih saling menjajah antar bangsa. Bagaimana tidak, satu-satunya jalan yang akan mengantarkan kita ke better future kok malah dirusak oleh para ‘education businessman’, yang berdampak pada mahalnya pendidikan. Banyak anak-anak putus sekolah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Di Jakarta misalnya, puluhan anak-anak kurang mampu seumuran SD dan SMP lebih memilih mengamen dan menjajakan koran di perempatan lampu merah.

buat apa sekolah?, udah mahal, nggak ngasilin duit lagi.’ Kata mereka.

Oleh karena itu, kami membuat sebuah Creative Learning Community (CLC), atau dalam bahasa Indonesia 'Komunitas Belajar yang kreatif' bagi anak-anak yang benar-benar ingin belajar untuk mencapai masa depan yang mereka inginkan dengan spesifikasi belajar sebagai berikut:

1.Metode Belajar

1. Membaca Diri

Membaca diri adalah proses dimana para member daripada CLC mulai mencari tahu potensi apa yang ada dalam diri mereka. Agak penting memang, karena dari sini para member bisa menentukan arah belajar atau target selama mereka belajar di CLC ini.

2. Dokumentasi

Dokumentasi juga dirasa menjadi penting. Dari dokumentasi yang dibuat para member akan dapat melakukan improving untuk menuju proses belajar yang lebih baik. Karena, dari dokumentasi para member dapat mengetahui dimana kekurangan mereka ketika belajar. Dokumentasi sebenarnya bisa juga disebut dengan evaluasi perjalanan belajar mereka saat ini.

3. Target

Target adalah suatu tujuan akhir pembelajaran yang dibuat oleh para member pada suatu dekade. Target akan menjadi motivator tersendiri bagi para member untuk belajar.

2.Metode Pembelajaran

Pembelajaran ini mengunakan KBK[Kurikulum Berbasis Kebutuhan], dengan satu asumsi anak akan termotivasi bila mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhannya. Untuk mengetahui kebutuhan anak masing-masing, metode pembelajarannya sebagai berikut:

a. Metode explorasi:

Metode ini dimanfaatkan sejak dari awal untuk mencari minat siswa sampai pada mencari informasi dari buku, pendamping, maupun lingkungan.

b. Metode pengarahan:

Setelah diketahui apa minat siswa, pendamping tinggal mengarahkan sesuai minat siswa atau sekedar memantau kegiatan mereka.

c. Metode pendampingan:

Selama siswa belajar tentang apa yang ia inginkan, pendamping mendampingi apabila ada yang tidak dimengerti siswa.

d. Metode Evaluasi:

Untuk Menyempurnakan apa saja yang telah didapat siswa. Kita adakan sistem target untuk mereplay kegiatan mereka selama ini. Jadi, masing-masing member akan mempresentasikan hasil belajar mereka selama ini.
Yah, target atau keinginan tidak bisa di tentukan dalam satu detik, di detik lain pasti ada keinginan lain. Nah, jika dirasa target itu sudah tercapai(istilahnya) kita bisa merekrut target kedepannya lagi. Atau istilahnya kita bisa memanfaatkan target kita yang kemarin untuk bisa di kreasikan dan menghasilkan sesuatu. Seperti kali ini para member, sebagian ada yang ingin bisa meningkatkan bakat menulis mereka. Nah, jika belajar mereka tentang menulis itu sudah dirasa cukup. Maka, si anak tinggal mentarget setelah saya bisa menulis, saya ingin berbuat apa lagi. Mungkin bisa membuat buku.yah, seperti kata-kata di atas. Dari target itu, bisa menghasilkan uang buat kita sendiri.

The Next.....

PELAJAR, Opini


BEST STUDENTS.....


Oleh: Siti Qona'ah

Adalah mereka yang mempunyai kesadaran tinggi dan musti diingat orang yang IQ-nya tinggi belum tentu mereka itu pintar kalo mereka itu nggak punya kesadaran. Maksudnya, mereka yang selalu berusaha untuk maju tanpa bergantung pada orang lain, termasuk guru. Mencoba agar tidak hanya belajar berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan Negara tetapi juga belajar dari kehidupan dan pengalaman. Semisal dengan cara berkarya. yang suka sastra bisa membuat puisi, diary, cerpen, novel, dll. Rasa percaya dirilah yang akan selalu mendukung kita dalam berkarya. Jadi, pengetahuan dan wawasan kita akan lebih meluas. Sebisa mungkin agar kita mengenali jati diri, bakat, dan keinginan kita. Karena itu akan lebih membantu kita dalam proses belajar. Juga dapat aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kemanusiaan diluar sekolah, jadi tidak hanya kegiatan-kegiatan sekolah saja.

Lebih merujuk ke seperti apa sih ‘Best Students’ itu?. Mungkin mereka yang memiliki motivasi dan rasa ingin tahu tinggi. Bertanya bila butuh dan mencari bila ingin tahu lebih jelasnya. Karena belajar itu memang kebutuhan masing-masing.

Kita coba dari sekarang agar semua pengalaman yang telah kita dapatkan selama ini, bisa kita tulis. Mulai dari A sampe’ Z!!!!.

Berfikir, Membaca dan Menulis itu kunci utamanya. Selain itu juga mencoba menguak berbagai masalah lalu memecahkannya. Janganlah lupa untuk menyalurkan semua ide-ide kreatif kita ke teman-teman yang lainnya. Kita juga harus ingat, kalau kita itu tidak hidup sendirian. Masih ada temen-temen yang akan selalu membantu kita dan juga bisa kita ajak kerjasama. Tenang aja semua itu akan terjadi jika niat kita bener-bener kuat. Dan sekali lagi ditegaskan bahwa, Best Students itu adalah mereka yang mempunyai kesadaran belajar, bersosialisasi dan mempunyai rasa ingin tahu tinggi. yang membuatnya semakin memberinya niat yang sangat kuat untuk menguak semua masalah yang terjadi dengan cara yang sudah ia dapat.

Ingat!!! Kesadaran belajar itu muncul dari diri sendiri bukan karena dipaksa guru atau siapapun. dan satu lagi tidak menggantungkan diri para guru untuk menularkan ilmunya ke kita, guru aja juga sama-sama belajar kok!!!!!