Senin, 24 Maret 2008

PERFILMAN, Artikel


DUNIA PERFILMAN INDONESIA

SAKIT…!!!

Oleh: Siti Qona'ah

Situasi kemelut atau gonjang-ganjing dalam dunia perfilman sekarang adalah gambaran nyata dari carut marutnya dunia perfilman Indonesia. Iklim dan perikehidupan dunia perfilman Indonesia itu tidak sehat!

Perubahan dan perbaikan perlu segera dilakukan. Suka tidak suka perubahan atas segenap unsur yang tidak sehat dan menghambat kreatifitas penciptaan dan pengembangan perfilman Indonesia memang harus dilakukan kalau kita ingin dengan adanya perbaikan kearah iklim perfilman yang lebih sehat dan kondusif.

Keinginan dan tuntutan perubahan juga sejalan dengan visi dan misi Pengurus Organisasi KFT-ASI sekarang.. Pada level yang lain, KFT-ASI pun selama ini sebenarnya telah berusaha berbuat dan berupaya keras melakukan dan mendorong tejadinya perubahan serta perbaikan iklim perfilman secara konseptual dan sistematis kearah kondisi yang lebih sehat, meski dalam tataran pelaksanaan prosesnya berjalan relatif lambat dan hasilnya masih terbatas karena situasi yang begitu membatasi dan tidak kondusif.

Melihat dan mengingat betapa lemah dan sangat minimnya peran dan aktifitas positif serta distorsi sikap dan fungsi dari badan-badan perfilman yang ada menyentakkan kesadaran kita untuk harus segera bertindak melakukan dan mendorong dinamika terjadinya perubahan.

Perubahan konstruktif sangat perlu dilakukan secara sistematis dan konseptual sifatnya, sehingga dapat efektif mencapai sasaran serta tidak hanya sekedar reaksi-reaksi sesaat, semu dan tambal sulam semata.

Suatu gerakan seperti “Aksi Pengembalian Piala Citra” dari sejumlah insan film Indonesia, mestinya dilihat dalam konteks keinginan untuk memperbaharui diri dan berubah lebih baik. Dilihat dalam sudut pandang “Kecintaan Terhadap Film Indonesia” serta “Film Indonesia Adalah Milik Kita Bersama” dan karenanya harus berbuat untuk memperbaiki kehidupan perfilman Indonesia kearah yang lebih baik dan sesuai dinamika perkembangan zaman.

“Lembaga Tinggi Perfilman” yang paham akan dinamika perfilman secara aktual dan positif, dia hanya mampu menampakkan diri dalam sosok sebagai lembaga yang ketinggalan zaman, expired dan tidak up to date lagi.

Pengurus Organisasi KFT-ASI tersebut mengingatkan dan mendesak Pemerintah agar cepat tanggap dan aktif secara proporsional dan aspiratif sesuai peran, fungsi dan tanggung jawabnya, bersama organisasi perfilman dan insan film yang masih punya komitmen dan keberpihakan yang jelas dan konstruktif terhadap film Indonesia sebagai karya budaya bangsa, untuk menentukan solusi dan mengambil tindakan positif, guna membantu penyelesaian masalah perfilman kita.

Semuanya mendesak untuk segera diambil langkah cepat melakukan perubahan dan pembaharuan kebijakan tentang perfilman, guna penyelamatan, penyehatan dan kemajuan perfilman Indonesia.

Jika situasi ini dibiarkan, sudah tentu krisis dalam bidang perfilman akan tumbuh dan mengarah pada sebuah situasi dikotomis yang tak menyenangkan bagi semua pihak.

Faktor dari kondisi tersebut adalah keterbatasan resource. Baik pendanaan, peralatan dan kemampuan. Sebagai contoh, sekarang ini banyak sekali dalam pertelevisian program-program yang anda sebut reality show, ngerumpi dll, karena pada kenyataannya program-program tersebutlah yang menggunakan pendanaan yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan untuk keterbatasan kemampuan sebagai contoh, dalam perfilman kita belum bisa membuat special effect seperti dalam film “Alien” atau ledakan-ledakan dalam film-film laga, semua hanya baru bisa kita manipulasi secara digital seperti jika anda perhatikan dalam film “Jaka Tarub”, dll.

PREDIKSI TEHADAP MASA DEPAN PERFILMAN INDONESIA???

“Banyak orang meprediksikan masa depan film Indonesia ada di Tangan Anak Muda.” Tapi, beberapa sineas Indonesia menolak pernyataan tersebut.

“Saya tidak setuju dengan pernyataan itu, masa depan film Indonesia itu ada di tangan semua orang yang peduli dan ‘Concern’ dengan perkembangan film,” kata Ria Irawan dalam diskusi interaktif yang diselenggarakan oleh situs berita dunia film Indonesia di Cilandak Town Square, Jakarta.

Menurut dia, nasib perfilman di Indonesia tegantung dari masyarakat itu sendiri, terutama pemerintahnya. Meskipun demikian, Ria tidak membantah besarnya peran sineas muda dalam menggeliatkan perfilman di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan.

“Tetapi saya juga tidak setuju kalau dibilang sebelum sineas-sineas muda itu muncul perfilman Indonesia dikatakan mati suri. Itu semua hanya karena iklim ekonomi yang juga pasang surut,” ujarnya.

Sependapat dengan Ria, Noorca M Massardi dalam kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa kesuksesan perfilman Indonesia tergantung pada masyarakat film dan penonton.

“Secara teknis film Indonesia sudah baik. Para sineas mampu membuat film jenis apapun. Kelemahan ada pada pemain dan skenario. Selain itu orang film juga harus mampu menjalin keharmonisan hubungan dengan penonton melalui kualitas produksi mereka. Bila secara kualitas semakin memburuk, film Indonesia akan kembali ditinggalkan penonton,” kata Noorca yang tergabung dalam tim seleksi Festival Film Indonesia 2005 itu.

Kepentingan secara pasti untuk membuat kondisi perfilman Indonesia lebih produktif adalah, dengan menjaga bagaimana pasar bagi produk film Indonesia tetap ada. Sekedar menjadi objek yang harus dipelihara 80% dari film Indonesia yang baru lahir diperuntukkan bagi kaum muda, dan pasar ini harus dipelihara dengan baik.

Nah, sudah sampai dimanakah kita saat ini? Dalam rentang waktu semenjak awal pemunculannya sampai saat ini, sudah seberapa besar ekspetasi itu terjawab? Benarkah kebangkitan itu akan terjadi? Akan kemanakah kaum muda yang disebut-sebut the next generation dari perfilman Indonesia saat ini?

Saat ini silahkan berbangga-bangga dengan film-film Indonesia yang memang berbagai festival di luar negeri. Tapi, suatu ketika nanti kalau kita kembali melihat kedalam akan berhadapan dengan kenyataan bahwa film-film tersebut sekedar membawa kebanggaan. Namun, kembali kita mempertanyakan visi dari para penggiat film saat ini, mau apa dan kemana?

Kita do’akan saja karya-karya sineas-sineas muda Indonesia yang lainnya dan yang pasti kita akan terus mendukung karya-karya bangsa sendiri./(CaN)


Tidak ada komentar: